Tidak ada makhluk hidup yang diciptakan sia-sia,
termasuk tumbuhan. Tugas manusialah yang mencari ‘harta karun tersembunyi’ itu.
jenis tanaman yang hidup di Tanah Air
memiliki fungsi sebagai obat, bahan kosmetik, dan bahan bakar alternatif. Hanya
saja, potensi yang sedemikian besar belum banyak diteliti dan digunakan sebagai
solusi atas masalah kesehatan. Situasi itulah yang dimanfaatkan oleh Valentina
Adimurti Kusumaningtyas.
Dosen
kimia di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Bandung itu berhasil
menemukan senyawa antikanker pada kulit batang pohon damar batu. Jika
dikembangkan lebih lanjut melalui teknik ekstraksi senyawa, itu bisa menjadi
obat herbal masa depan untuk penyembuhan kanker kulit. “Obat herbal antikanker
lebih aman daripada obat sintetis. Karena kandungan zat dari tumbuhan tidak
mempunyai efek samping bagi organ tubuh,” ujar Valen saat ditemui di ruang
kerjanya, Rabu (11/8). Belum banyak orang yang tahu tentang khasiat obat
herbal, khususnya senyawa pada kulit batang pohon damar. Penderita kanker kulit
lebih banyak tergantung obat sintetis yang berbahan baku zat kimia. Hal itu
semata-mata karena pemerintah dan paramedis kurang mempromosikan obat
herbal.“Sebenarnya, banyak juga senyawa tanaman lain yang memiliki kemampuan
menyembuhkan kanker seperti kunyit dan sambiloto. Tapi paling tidak hasil
penelitian saya bisa memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat yang ingin
sembuh dari penyakitnya,” ujarnya merendah. Perlu pembuktian Penemuan ini telah
dirintis Valen sejak 2006.
Waktu
itu, ia dibantu dua rekannya, yakni dosen Unjani Dewi Meliati dan dosen
Institut Teknologi Bandung (ITB) Yana Maulana Syah, berusaha mencari tema
penelitian yang layak diajukan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan pendanaan. “Kebetulan ITB
mempunyai data base tentang berbagai khasiat tanaman golongan tanaman keras
Dipterocarpaceae. Akhirnya kami memutuskan untuk meneliti kulit batang damar
batu karena belum pernah digarap oleh ilmuwan lain. Berdasarkan literatur,
kulit batang pohon ini mempunyai prospek cukup baik untuk menghasilkan senyawa
antikanker,” ungkap Valen. Proposal itu disetujui Dikti. Valen dan timnya
mendapat hibah dana penelitian sebesar Rp50 juta plus waktu dua tahun guna
membuktikan kebenaran hipotesis.
Penelitian
itu diakui Valen tergolong mulus. Proses yang paling lama ialah pada
ketersediaan sampel. Kulit batang harus didatangkan dari Kebun Raya Bogor
sehingga ketika sampel habis, proses penelitian terpaksa ditunda sementara.
“Sebenarnya pohon damar jati hidup di mana-mana. Namun sampel penelitian kan
harus konsisten supaya akurasi data terjaga,” ucapnya. Pertengahan 2008, Valen
dan kawan-kawan mempresentasikan temuan mereka ke Ditjen Dikti di Jakarta. Dari
penilaian tim juri, penelitian mereka dinyatakan logis. Bukti yang dipaparkan
Valen, dua dari tiga senyawa oligomer yang terkandung dalam kulit batang damar
batu bersifat antikanker terhadap sel kanker murine leukemia P-388, meskipun
masih perlu uji coba lanjutan mulai dari hewan kecil sampai manusia. Supaya
dapat diproduksi sebagai obat, Valen harus menguji coba senyawa antikanker ke
kera dengan metode yang sama.
Jika
terbukti efektif, diuji coba dulu ke beberapa (relawan) manusia. Adapun Valen
baru menyelesaikan uji sitotoksik pada benur udang dan mencit atau tikus putih.
Sel kanker kulit yang ditanamkan di tubuh kedua hewan itu ternyata tidak tumbuh
setelah diberi senyawa antikanker buatan Valen. “Ada keinginan untuk
menyelesaikan semua uji coba. Tapi, kami terkendala dana karena biaya perizinan
dan pembelian sampel sangat besar,” kata Valen yang berharap adanya donatur
untuk membiayai proses uji coba. Valen juga sedang menunggu sertifi kat paten
dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia atas metode penelitian dan senyawa antikanker pada kulit
batang damar batu yang ia daftarkan sejak akhir 2008. Solusi semua penyakit
Ketertarikan Valen kepada dunia kesehatan sebenarnya baru tumbuh ketika kuliah
S-1 di Jurusan Kimia Universitas Padjadjaran Bandung. Ia masuk tahun 1985.
Ketika mengikuti praktikum di Cirebon, dia mendapati sejumlah masyarakat yang
meminum air rebusan rumput untuk obat sakit gula.
Ternyata,
sari pati rumput tersebut berfungsi sebagai antibiotik yang menurunkan kadar
gula dalam darah. “Saya lalu berpikir, obat berbagai jenis penyakit pasti sudah
tersedia di alam. Sebab, ayat dalam Alquran pun menyebutkan, Kulit Pohon untuk
Senyawa Antikanker Tidak ada makhluk hidup yang diciptakan sia-sia, termasuk
tumbuhan. Tugas manusialah yang mencari ‘harta karun tersembunyi’ itu. batang pohon damar batu yang banyak
tumbuh di pedalaman Sumatra itu kerap dimanfaatkan masyarakat setempat untuk
bahan bangunan. Getahnya bisa dicampur kerosin untuk membuat rangka kapal boat,
dapat pula dipakai sebagai salah satu bahan baku cat dan vernis. Adapun larutan
damar dalam cairan kloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan
tumbuhan guna kepentingan riset. Pohon bernama latin Hopea odorata itu memang
menyimpan banyak manfaat. Di tangan segala sesuatu yang Ia ciptakan tidaklah
sia-sia,” ucapnya.
Dari situ, perempuan yang hobi memasak ini ingin terus
meneliti tanaman yang menyembuhkan penyakit. Berbekal ilmu kimia organik bahan
alam selama kuliah S-1 di Unpad dan S-2 di ITB, ia berharap bisa berkontribusi
bagi banyak orang. “Karena saya lulusan kimia, studi saya cuma sebatas mencari
kandungan gizi dalam tumbuhan dan kandungan senyawa antipenyakit dalam tanaman.
Kalau mau dijadikan obat herbal, harus bekerja sama dengan ilmuwan bidang
kedokteran atau farmasi.” Menurut dia, ilmu kimia organik tidak akan pernah
mati. Selalu berkembang dan terus mencari penemuan baru yang berguna bagi aspek
kehidupan manusia. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia. Keanekaragaman
hayatinya memiliki banyak potensi yang belum tergali. Dari satu tanaman saja,
semua bagiannya mulai dari batang, akar, daun, sampai daun bisa menghasilkan
senyawa antipenyakit.
Valen lantas mengilustrasikan kesuksesan ilmu
pengobatan dari bahan organik di China yang berkembang sejak puluhan abad
silam. “Di China, hampir tidak ada penyakit yang tidak mampu disembuhkan oleh
obat dari tumbuhan,” tukas perempuan yang dipercaya menjabat sebagai Pembantu
Dekan Bidang Akademik Fakultas MIPA Unjani itu. Obat herbal, lanjut dia,
memiliki tingkat risiko lebih rendah daripada obat sintetis. Karena obat
sintetis dapat berubah menjadi racun sehingga menurunkan kekebalan tubuh
seseorang. Sedangkan senyawa obat herbal yang bersifat alami mudah
dinetralisasi oleh tubuh. “Pengusaha industri obat di luar negeri terus-menerus
mengembangkan obat-obatan berbahan baku tumbuhan. Mereka mengandalkan pasokan
senyawa alami dari kita. Masa kita jauh tertinggal dari orang asing,” kata
Valen yang kini tengah meneliti senyawa antikanker payudara. Baginya, tidak ada
kamus terlambat untuk menciptakan perubahan. Asalkan pemerintah mau konsisten
menjaga keanekaragaman hayati dengan cara menghapus praktik penebangan liar.
Sementara
industri kesehatan nasional juga semakin mengakomodasi keberadaan obat herbal
sebagai solusi mengatasi penyakit. “Saya kira ilmuwan akan senang hati berkarya
demi kemajuan bangsa. Bahkan semakin semangat mencari ideide baru karena hasil
kerja keras mereka diminati masyarakat,” tegasnya. (M-4) priyasma@
mediaindonesia.com Valentina Adimurti Kusumaningtyas, manfaat damar batu
bertambah lagi. Hasil risetnya membuktikan kulit batang pohon ini menghasilkan
senyawa aktif yang berguna untuk obat antikanker kulit. Meski proses penelitian
itu memakan waktu lama, menurut Valen, pembentukan senyawa aktif antikanker
pada kulit batang damar batu tergolong mudah. Dia menjelaskan, pertama-tama
kulit batang dijemur di bawah terik sinar matahari selama dua sampai tiga hari
untuk menghilangkan kandung an airnya. Kemudian digiling sampai menjadi serbuk.
Seluruh serbuk direndam menggunakan cairan metanol selama satu hari untuk
mendapatkan senyawa murni atau biasa disebut proses ekstraksi. Namun jika untuk
konsumsi manusia, perendaman harus menggunakan cairan etanol.
Berdasarkan
uji sampel, didapati hasil bahwa dua dari tiga senyawa oligomer yang terkandung
dalam kulit batang damar batu bersifat antikanker terhadap sel kanker murine
leukemia P-388. Namun dari 5 kg kulit batang damar batu, hanya 0,5 mg saja yang
bisa dimanfaatkan. Senyawa aktif tersebut berkhasiat membunuh sel kanker kulit
yang menyerang makhluk hidup. Meski begitu, temuan ini masih perlu uji
sitotoksik mulai dari hewan kecil hingga relawan manusia sebelum dinyatakan
layak beredar di masyarakat sebagai obat. “Kami sudah berhasil menguji coba ke
benur udang dan tikus putih. Tinggal uji coba ke kera dan manusia. Tapi belum
bisa dilakukan karena keterbatasan dana,” terang Valen. Dengan cara
konvensional, Valen mempersilakan masyarakat, khususnya penderita kanker
payudara, yang hendak membuktikan sendiri khasiat batang kulit damar batu.
Cukup dengan merebus kulit batangnya. Jika memungkinkan, bisa berbentuk
Multifungsi si Damar Batu serbuk. Lalu sari pati air rebusan langsung diminum
sebagai obat pencegah perkembang an sel kanker kulit. Jika dilakukan secara
rutin, Valen yakin kanker kulit seseorang berangsur-angsur hilang. Ke depan,
Valen berencana membuat senyawa hasil temuannya menjadi produk suplemen agar
lebih mudah mengurus izin. “Dari aspek farmakologi, khasiat kulit batang damar
batu sudah teruji,” pungkasnya. (EM/M-4) Serbuk senyawa antikanker pada kulit
batang pohon damar batu yang telah diekstraks.
Putra Indonesia Temukan
Senyawa 1,3 Oxaphospholes
Seorang peneliti yang juga dosen senior Universitas Palangkaraya
(Unpar), Kalimantan Tengah (Kalteng), Prof Dr Ciptadi berhasil menemukan
senyawa kimia baru yaitu senyawa 1,3-oxaphospholes.
Kepala Lembaga Penelitian Unpar tersebut membenarkan ia berhasil menemukan senyawa baru 1,3-oxaphospholes itu.
Dijelaskannya, senyawa 1,3-oxaphospholes yang ditemukannya itu, terindikasi sebagai senyawa yang bermanfaat untuk antibiotik dan pestisida. Senyawa itu dibuat dari unsur phosphorus.
"Saat berada studi di Perancis, saya menemukan 40 senyawa oxaphospholes dan derivat-derivatnya (turunannya)," katanya.
Dari 40 senyawa baru tersebut 30 di antaranya sudah dikirim ke Bayern jerman, sebuah lembaga farmasi yang ada di Jerman. Sementara 10 senyawa baru lainnya masih dikembangkan mahasiswa program doktor (S3) di ENSCM Montapellier II Perancis.
Penemuan senyawa baru olehnya itu diharapkan dapat dipatenkan bersama-sama dengan Prof Dr Cristau, seorang guru besar asal Perancis selaku dosen pembimbing saat melakukan penelitian di laboraorium universitas tersebut.
Berdasarkan keterangan guru besar bidang biokimia/ kimia organik Unpar tersebut, penemuan tersebut cukup membanggakan bangsa Indonesia, karena jarang terdapat mahasiswa Indonesia menemukan senyawa baru di perguruan tinggi itu.
Oleh karena itu, ketika diumumkan penemuan tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Perancis ikut menghadiri dan mengucapkan selamat atas penemuan tersebut.
Pengembangan penelitian ini masih terus dilakukan bekerjasama dengan laboratorium kimia organik ENSCM Universite Montpellier II Perancis.
Penemuan senyawa-senyawa baru tersebut sebagian sudah diseminarkan di berbagai negara di Eropa dan Asia seperti perancis, inggris, jerman, dan Jepang.
Sebagian juga sudah dipublikasikan pada jurnal internasional, seperti Acta Crystallographica, European Jounal of Organik Chemistry, Journal of Organometallic Chemistry, Phosphorus Sulfur and Silicon.
Ia menemukan senyawa itu saat ia mengambil program doktor (S3) kimia biomolekul di ENSCM Universite Montapellier II, Perancis.
Kepala Lembaga Penelitian Unpar tersebut membenarkan ia berhasil menemukan senyawa baru 1,3-oxaphospholes itu.
Dijelaskannya, senyawa 1,3-oxaphospholes yang ditemukannya itu, terindikasi sebagai senyawa yang bermanfaat untuk antibiotik dan pestisida. Senyawa itu dibuat dari unsur phosphorus.
"Saat berada studi di Perancis, saya menemukan 40 senyawa oxaphospholes dan derivat-derivatnya (turunannya)," katanya.
Dari 40 senyawa baru tersebut 30 di antaranya sudah dikirim ke Bayern jerman, sebuah lembaga farmasi yang ada di Jerman. Sementara 10 senyawa baru lainnya masih dikembangkan mahasiswa program doktor (S3) di ENSCM Montapellier II Perancis.
Penemuan senyawa baru olehnya itu diharapkan dapat dipatenkan bersama-sama dengan Prof Dr Cristau, seorang guru besar asal Perancis selaku dosen pembimbing saat melakukan penelitian di laboraorium universitas tersebut.
Berdasarkan keterangan guru besar bidang biokimia/ kimia organik Unpar tersebut, penemuan tersebut cukup membanggakan bangsa Indonesia, karena jarang terdapat mahasiswa Indonesia menemukan senyawa baru di perguruan tinggi itu.
Oleh karena itu, ketika diumumkan penemuan tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Perancis ikut menghadiri dan mengucapkan selamat atas penemuan tersebut.
Pengembangan penelitian ini masih terus dilakukan bekerjasama dengan laboratorium kimia organik ENSCM Universite Montpellier II Perancis.
Penemuan senyawa-senyawa baru tersebut sebagian sudah diseminarkan di berbagai negara di Eropa dan Asia seperti perancis, inggris, jerman, dan Jepang.
Sebagian juga sudah dipublikasikan pada jurnal internasional, seperti Acta Crystallographica, European Jounal of Organik Chemistry, Journal of Organometallic Chemistry, Phosphorus Sulfur and Silicon.
Ia menemukan senyawa itu saat ia mengambil program doktor (S3) kimia biomolekul di ENSCM Universite Montapellier II, Perancis.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar