Rabu, 05 April 2017

PENEMUAN UNSUR DAN SENYAWA TERBARU YANG BERGUNA UNTUK MANUSIA DAN MAKHLUK HIDUP



Kulit Pohon untuk Senyawa Antikanker 

Tidak ada makhluk hidup yang diciptakan sia-sia, termasuk tumbuhan. Tugas manusialah yang mencari ‘harta karun tersembunyi’ itu.
 jenis tanaman yang hidup di Tanah Air memiliki fungsi sebagai obat, bahan kosmetik, dan bahan bakar alternatif. Hanya saja, potensi yang sedemikian besar belum banyak diteliti dan digunakan sebagai solusi atas masalah kesehatan. Situasi itulah yang dimanfaatkan oleh Valentina Adimurti Kusumaningtyas.

Dosen kimia di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Bandung itu berhasil menemukan senyawa antikanker pada kulit batang pohon damar batu. Jika dikembangkan lebih lanjut melalui teknik ekstraksi senyawa, itu bisa menjadi obat herbal masa depan untuk penyembuhan kanker kulit. “Obat herbal antikanker lebih aman daripada obat sintetis. Karena kandungan zat dari tumbuhan tidak mempunyai efek samping bagi organ tubuh,” ujar Valen saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (11/8). Belum banyak orang yang tahu tentang khasiat obat herbal, khususnya senyawa pada kulit batang pohon damar. Penderita kanker kulit lebih banyak tergantung obat sintetis yang berbahan baku zat kimia. Hal itu semata-mata karena pemerintah dan paramedis kurang mempromosikan obat herbal.“Sebenarnya, banyak juga senyawa tanaman lain yang memiliki kemampuan menyembuhkan kanker seperti kunyit dan sambiloto. Tapi paling tidak hasil penelitian saya bisa memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat yang ingin sembuh dari penyakitnya,” ujarnya merendah. Perlu pembuktian Penemuan ini telah dirintis Valen sejak 2006.

Waktu itu, ia dibantu dua rekannya, yakni dosen Unjani Dewi Meliati dan dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Yana Maulana Syah, berusaha mencari tema penelitian yang layak diajukan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan pendanaan. “Kebetulan ITB mempunyai data base tentang berbagai khasiat tanaman golongan tanaman keras Dipterocarpaceae. Akhirnya kami memutuskan untuk meneliti kulit batang damar batu karena belum pernah digarap oleh ilmuwan lain. Berdasarkan literatur, kulit batang pohon ini mempunyai prospek cukup baik untuk menghasilkan senyawa antikanker,” ungkap Valen. Proposal itu disetujui Dikti. Valen dan timnya mendapat hibah dana penelitian sebesar Rp50 juta plus waktu dua tahun guna membuktikan kebenaran hipotesis.

Penelitian itu diakui Valen tergolong mulus. Proses yang paling lama ialah pada ketersediaan sampel. Kulit batang harus didatangkan dari Kebun Raya Bogor sehingga ketika sampel habis, proses penelitian terpaksa ditunda sementara. “Sebenarnya pohon damar jati hidup di mana-mana. Namun sampel penelitian kan harus konsisten supaya akurasi data terjaga,” ucapnya. Pertengahan 2008, Valen dan kawan-kawan mempresentasikan temuan mereka ke Ditjen Dikti di Jakarta. Dari penilaian tim juri, penelitian mereka dinyatakan logis. Bukti yang dipaparkan Valen, dua dari tiga senyawa oligomer yang terkandung dalam kulit batang damar batu bersifat antikanker terhadap sel kanker murine leukemia P-388, meskipun masih perlu uji coba lanjutan mulai dari hewan kecil sampai manusia. Supaya dapat diproduksi sebagai obat, Valen harus menguji coba senyawa antikanker ke kera dengan metode yang sama.

Jika terbukti efektif, diuji coba dulu ke beberapa (relawan) manusia. Adapun Valen baru menyelesaikan uji sitotoksik pada benur udang dan mencit atau tikus putih. Sel kanker kulit yang ditanamkan di tubuh kedua hewan itu ternyata tidak tumbuh setelah diberi senyawa antikanker buatan Valen. “Ada keinginan untuk menyelesaikan semua uji coba. Tapi, kami terkendala dana karena biaya perizinan dan pembelian sampel sangat besar,” kata Valen yang berharap adanya donatur untuk membiayai proses uji coba. Valen juga sedang menunggu sertifi kat paten dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atas metode penelitian dan senyawa antikanker pada kulit batang damar batu yang ia daftarkan sejak akhir 2008. Solusi semua penyakit Ketertarikan Valen kepada dunia kesehatan sebenarnya baru tumbuh ketika kuliah S-1 di Jurusan Kimia Universitas Padjadjaran Bandung. Ia masuk tahun 1985. Ketika mengikuti praktikum di Cirebon, dia mendapati sejumlah masyarakat yang meminum air rebusan rumput untuk obat sakit gula.

Ternyata, sari pati rumput tersebut berfungsi sebagai antibiotik yang menurunkan kadar gula dalam darah. “Saya lalu berpikir, obat berbagai jenis penyakit pasti sudah tersedia di alam. Sebab, ayat dalam Alquran pun menyebutkan, Kulit Pohon untuk Senyawa Antikanker Tidak ada makhluk hidup yang diciptakan sia-sia, termasuk tumbuhan. Tugas manusialah yang mencari ‘harta karun tersembunyi’ itu. batang pohon damar batu yang banyak tumbuh di pedalaman Sumatra itu kerap dimanfaatkan masyarakat setempat untuk bahan bangunan. Getahnya bisa dicampur kerosin untuk membuat rangka kapal boat, dapat pula dipakai sebagai salah satu bahan baku cat dan vernis. Adapun larutan damar dalam cairan kloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan tumbuhan guna kepentingan riset. Pohon bernama latin Hopea odorata itu memang menyimpan banyak manfaat. Di tangan segala sesuatu yang Ia ciptakan tidaklah sia-sia,” ucapnya.

 Dari situ, perempuan yang hobi memasak ini ingin terus meneliti tanaman yang menyembuhkan penyakit. Berbekal ilmu kimia organik bahan alam selama kuliah S-1 di Unpad dan S-2 di ITB, ia berharap bisa berkontribusi bagi banyak orang. “Karena saya lulusan kimia, studi saya cuma sebatas mencari kandungan gizi dalam tumbuhan dan kandungan senyawa antipenyakit dalam tanaman. Kalau mau dijadikan obat herbal, harus bekerja sama dengan ilmuwan bidang kedokteran atau farmasi.” Menurut dia, ilmu kimia organik tidak akan pernah mati. Selalu berkembang dan terus mencari penemuan baru yang berguna bagi aspek kehidupan manusia. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia. Keanekaragaman hayatinya memiliki banyak potensi yang belum tergali. Dari satu tanaman saja, semua bagiannya mulai dari batang, akar, daun, sampai daun bisa menghasilkan senyawa antipenyakit.

 Valen lantas mengilustrasikan kesuksesan ilmu pengobatan dari bahan organik di China yang berkembang sejak puluhan abad silam. “Di China, hampir tidak ada penyakit yang tidak mampu disembuhkan oleh obat dari tumbuhan,” tukas perempuan yang dipercaya menjabat sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas MIPA Unjani itu. Obat herbal, lanjut dia, memiliki tingkat risiko lebih rendah daripada obat sintetis. Karena obat sintetis dapat berubah menjadi racun sehingga menurunkan kekebalan tubuh seseorang. Sedangkan senyawa obat herbal yang bersifat alami mudah dinetralisasi oleh tubuh. “Pengusaha industri obat di luar negeri terus-menerus mengembangkan obat-obatan berbahan baku tumbuhan. Mereka mengandalkan pasokan senyawa alami dari kita. Masa kita jauh tertinggal dari orang asing,” kata Valen yang kini tengah meneliti senyawa antikanker payudara. Baginya, tidak ada kamus terlambat untuk menciptakan perubahan. Asalkan pemerintah mau konsisten menjaga keanekaragaman hayati dengan cara menghapus praktik penebangan liar.

Sementara industri kesehatan nasional juga semakin mengakomodasi keberadaan obat herbal sebagai solusi mengatasi penyakit. “Saya kira ilmuwan akan senang hati berkarya demi kemajuan bangsa. Bahkan semakin semangat mencari ideide baru karena hasil kerja keras mereka diminati masyarakat,” tegasnya. (M-4) priyasma@ mediaindonesia.com Valentina Adimurti Kusumaningtyas, manfaat damar batu bertambah lagi. Hasil risetnya membuktikan kulit batang pohon ini menghasilkan senyawa aktif yang berguna untuk obat antikanker kulit. Meski proses penelitian itu memakan waktu lama, menurut Valen, pembentukan senyawa aktif antikanker pada kulit batang damar batu tergolong mudah. Dia menjelaskan, pertama-tama kulit batang dijemur di bawah terik sinar matahari selama dua sampai tiga hari untuk menghilangkan kandung an airnya. Kemudian digiling sampai menjadi serbuk. Seluruh serbuk direndam menggunakan cairan metanol selama satu hari untuk mendapatkan senyawa murni atau biasa disebut proses ekstraksi. Namun jika untuk konsumsi manusia, perendaman harus menggunakan cairan etanol.

Berdasarkan uji sampel, didapati hasil bahwa dua dari tiga senyawa oligomer yang terkandung dalam kulit batang damar batu bersifat antikanker terhadap sel kanker murine leukemia P-388. Namun dari 5 kg kulit batang damar batu, hanya 0,5 mg saja yang bisa dimanfaatkan. Senyawa aktif tersebut berkhasiat membunuh sel kanker kulit yang menyerang makhluk hidup. Meski begitu, temuan ini masih perlu uji sitotoksik mulai dari hewan kecil hingga relawan manusia sebelum dinyatakan layak beredar di masyarakat sebagai obat. “Kami sudah berhasil menguji coba ke benur udang dan tikus putih. Tinggal uji coba ke kera dan manusia. Tapi belum bisa dilakukan karena keterbatasan dana,” terang Valen. Dengan cara konvensional, Valen mempersilakan masyarakat, khususnya penderita kanker payudara, yang hendak membuktikan sendiri khasiat batang kulit damar batu. Cukup dengan merebus kulit batangnya. Jika memungkinkan, bisa berbentuk Multifungsi si Damar Batu serbuk. Lalu sari pati air rebusan langsung diminum sebagai obat pencegah perkembang an sel kanker kulit. Jika dilakukan secara rutin, Valen yakin kanker kulit seseorang berangsur-angsur hilang. Ke depan, Valen berencana membuat senyawa hasil temuannya menjadi produk suplemen agar lebih mudah mengurus izin. “Dari aspek farmakologi, khasiat kulit batang damar batu sudah teruji,” pungkasnya. (EM/M-4) Serbuk senyawa antikanker pada kulit batang pohon damar batu yang telah diekstraks.


Putra Indonesia Temukan Senyawa 1,3 Oxaphospholes

Jumat, 11 September 2009 | 11:29 WIB

Seorang peneliti yang juga dosen senior Universitas Palangkaraya (Unpar), Kalimantan Tengah (Kalteng), Prof Dr Ciptadi berhasil menemukan senyawa kimia baru yaitu senyawa 1,3-oxaphospholes. 

Kepala Lembaga Penelitian Unpar tersebut membenarkan ia berhasil menemukan senyawa baru 1,3-oxaphospholes itu.
Dijelaskannya, senyawa 1,3-oxaphospholes yang ditemukannya itu, terindikasi sebagai senyawa yang bermanfaat untuk antibiotik dan pestisida. Senyawa itu dibuat dari unsur phosphorus. 

"Saat berada studi di Perancis, saya menemukan 40 senyawa oxaphospholes dan derivat-derivatnya (turunannya)," katanya. 

Dari 40 senyawa baru tersebut 30 di antaranya sudah dikirim ke Bayern jerman
, sebuah lembaga farmasi yang ada di Jerman. Sementara 10 senyawa baru lainnya masih dikembangkan mahasiswa program doktor (S3) di ENSCM Montapellier II Perancis. 

Penemuan senyawa baru olehnya itu diharapkan dapat dipatenkan bersama-sama dengan Prof Dr Cristau, seorang guru besar asal Perancis selaku dosen pembimbing saat melakukan penelitian di laboraorium universitas tersebut. 

Berdasarkan keterangan guru besar bidang biokimia/ kimia organik Unpar tersebut, penemuan tersebut cukup membanggakan bangsa Indonesia, karena jarang terdapat mahasiswa Indonesia menemukan senyawa baru di perguruan tinggi itu. 

Oleh karena itu, ketika diumumkan penemuan tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Perancis ikut menghadiri dan mengucapkan selamat atas penemuan tersebut. 

Pengembangan penelitian ini masih terus dilakukan bekerjasama dengan laboratorium kimia organik ENSCM Universite Montpellier II Perancis. 

Penemuan senyawa-senyawa baru tersebut sebagian sudah diseminarkan di berbagai negara di Eropa dan Asia seperti perancis, inggris
, jerman, dan Jepang. 

Sebagian juga sudah dipublikasikan pada jurnal internasional, seperti Acta Crystallographica, European Jounal of Organik Chemistry, Journal of Organometallic Chemistry, Phosphorus Sulfur and Silicon.

Ia menemukan senyawa itu saat ia mengambil program doktor (S3) kimia biomolekul di ENSCM Universite Montapellier II, Perancis.

sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar