Kamis, 09 Maret 2017

Perkembangan Alam Pikiran Manusia

1.      Sifat unik manusia

Bumi tempat manusia hidup berisi dua macam makhluk: yang sifatnya anorganis dan makhluk yang sifatnya organis. Yang pertama sering disebut sebagai benda mati dan yang kedua disebut makhluk hidup. Benda mati tunduk pada hukum alam(deterministis), sedangkan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis). Masing-masing memiliki tingkat-tingkat dalam perwujudannya.

            Benda bersifat mati, tetap dan tunduk pada hukum alam, sehinga tidak memiliki perilaku(attitude). Benda tidak akan bergerak atas kemauan atau kekuatan sendiri, melainkan oleh kekuatan luar.

            Makhluk organis memiliki kehidupan sehingga mempunyai perilaku. Tumbuhan sebagai makhluk terendah memiliki perikehidupan yang sederhana. Manusia sebagai makhlik tertinggi memiliki perilaku yang lebih sempurna. Namun secara umum makhluk-makhluk tersebut memiliki beberapa prinsip yang sama, antara lain, daya gerak, naluri untuk mempertahankan diri, serta untuk menghubungkan keturunannya.

            Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, tetapi rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat.

            Umumnya dikatakan bahwa manusia berbeda dengan binatang karena akal budi yang dimilikinya. Akal bersumber pada otak dan budi besumber pada jiwa.

            Manusia memiliki 6 sifat unik, yaitu:

a.      Homo Sapiens
Manusia dapat berpikir, sehingga merupakan makhluk yang cerdas dan bijaksana.

b.      Homo Faber
Manusia dapat membuat alat-alat dan memperunakannya, sehingga disebut manusia kerja.

c.       Homo Longuens
Apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa oleh manusia lain.

d.      Homo Socius
Manusia dapat hidup bermasyarakat.

e.      Homo Aeconomicus
Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi

f.        Homo Religius
Manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki kemampuan yang lebih hebat dari manusia, sehingga menjadi manusia berkepercayaan atau beragama.

2.      Rasa Ingin Tahu
Dengan akal budi yang dimilikinya, pada manusia timbul rasa ingin tahu yang selalu berkembang, Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Dalam benaknya manusia selalu bertanya karena keingintahuannya : apa sesungguhnya( know what), bagaimana sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian ( know why) tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos). Serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.

Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolh-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia. Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak terbatas pada obyek-obyek yang dapat diamati dengan panca indra saja atau meliputi pengetahuan tentang kebutuhan praktis sehari-hari, tetapi juga masalah lain yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah, dan sebagainya.

Dengan meningkatnya kemampuan mengingat dan berpikir, manusia dapat mendaya gunakan pengetahuan terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuan yang baru sehingga menghasilkan pengetahuan yang lebih baru lagi. Proses demikian terus berlangsung sehingga terjadi akumulasi pengetahuan seperti yang kita rasakan dewasa ini.


Perkembangan pengetahuan lebih dipermudah atau diperlancar lagi dengan adanya tukarmenukar informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman manusia yang satu dengan yang lain sehingga akumulasi pengetahuan berlangsung lebih cepat.

referensi:

Harmoni, Ati. 1992. PENGANTAR ILMU ALAMIAH DASAR (IAD). Depok: Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar